SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (
STAIN )
K O T A
P O N T I A N A K
T U G A S I N D I
V I D U
T
A F S I R T A R B A W I
S U R A H A L – F A T I H A H : 2 -
3
D o s e n
P e n g a m p
u :
H.
S a i f u d d i n H e r l a m b a n
g, M.A
Oleh :
N a m a : M u h a m m a d T a u f
I q
N I M : 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1
K A T A P E N G A N T A R
Segala
puja dan puji hanya bagi Allah semata, sang pencipta alam semesta, yang selalu
melimpahkan karunianya, sehingga kami dapat merangkumkan makalah ini. sholawat
serta salam senantiasa kami haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad
SAW. Beserta keluarganya dan para sahabatnya.
Makalah ini
di susun bertujuan untuk mengetahui tafsir, pengertian, tujuan, dan isi
kandungan surah Al-Fatihah : 2-3, serta hal-hal yang berkenaan dengan tersebut
diatas. Makalah ini kami buat dengan mengambil bahan dari Tafsir Showy dan
kitab tafsir-tafsir yang lainnya tidak lupa juga buku-buku yang membahas tentang Surah Al-Fatihah : 2-3.
Kami harap
setelah kami membuat makalah ini, semoga penyajian makalah ini dapat membantu kita
semua umumnya dan bagi diri pribadi khususnya dalam mata kuliah Tafsir Tarbawi
I.
Pontianak, !0 Juni 2013
B A B I
P E N D A H U L U A N
P E N D A H U L U A N
A.
Latar
Belakang
Surah
Al-Fatihah (Arab: الفاتح , al-Fātihah,
"Pembukaan") adalah surah pertama dalam al-Qur'an. Surah ini
diturunkan di Mekah dan terdiri
dari 7 ayat. Al-Fatihah merupakan surah yang pertama-tama diturunkan dengan
lengkap di antara surah-surah yang ada dalam Al-Qur'an. Surah ini
disebut Al-Fatihah (Pembukaan), karena dengan surah inilah dibuka dan
dimulainya Al-Quran. Dinamakan Ummul Qur'an (induk Al-Quran/أمّ القرءان)
atau Ummul Kitab (induk Al-Kitab/أمّ الكتاب) karena dia merupakan induk dari semua isi
Al-Quran. Dinamakan pula As Sab'ul matsaany (tujuh yang berulang-ulang/السبع المثاني)
karena jumlah ayatnya yang tujuh dan dibaca berulang-ulang dalam shalat.
Surah ini dinamakan dengan
berbagai-bagai nama seperti al-Fatihah, Um al-Kitab, as-Sab’ai al-Masthani dan
lain-lain. Imam al-Qurtubi menghitung 12 nama Fatihah, sedangkan al-Alusi
menyebut sebahagian ulama mengira sampai dua puluh dua nama, sama ada secara
tauqif daripada nabi atau ijtihad para sahabat.
Mempunyai tujuh ayat dengan ijmak
yang bersalahan ulama pada cara bilangannya, sama ada basmalah termasuk dalam
ayat atau tidak. Surah al-Fatihah termasuk surah-surah Makkiah seperti yang
dinyatakan oleh al-Wahidi dalam Asbab an-Nuzul dan ath-Tha’labi oleh Ibn Abi
Syaibah, Abu Naim dan al-Baihaqi. Ada pendapat
yang menganggap surah ini termasuk surah Madaniah berdasarkan kepada apa yang
diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah, Abu Said bin al-A’rabi, at-Tabarani daripada
Mujahid daripada Abi Hurairah : menangislah iblis ketika diturunkan al-Fatihah
di Madinah.
Menghimpun
Pendapat yang ketiga, ia diturunkan
dua kali, Mekah dan Madinah sebagai menghimpun antara riwayat-riwayat. Nas-nas
hadis yang menunjukkan banyak kelebihan surah al-Fatihah antaranya :
1. Sebesar-besar surah dari segi kelebihannya seperti riwayat
al-Bukhari dari pada Abi Said bin Mu’alla.
2. Tiada tandingan dan bandingan dengan mana-mana surah dan kitab
seperti Taurat, Injil, Zabur dan al-Furqan daripada surah al-Fatihah seperti
riwayat Imam Ahmad daripada Ubay bin Ka’ab.
3. Dua cahaya yang digembirakan oleh malaikat iaitu al-Fatihah dan
penutup surah al-Baqarah seperti riwayat Muslim dari pada
Ibn Abbas.
4. Penyembuh penyakit seperti terkena patukan ular, kala jengking
dan lain-lain. Ini dinyatakan al-Bukhari dan Muslim daripada Abi Said
al-Khudri.
5. Kelebihan Fatihah jelas apabila diwajibkan dalam setiap rakaat
solat seperti riwayat al-Bukhari, Muslim dan at-Tirmizi daripada Abu Hurairah.
6. Menyembuh penyakit gila seperti riwayat Imam Ahmad, Abu Daud,
an-Nasa’i, Ibn Sunni, Ibn Jarir, al-Hakim yang mensahihkannya dari pada
Kharijah bin as-Salt at-Tamimi dari pada bapa
saudaranya yang datang bertemu Rasulullah s.a.w. dan pulang, kemudian lalu di
perkampungan yang terdapat seorang lelaki yang dirantai dengan besi lantas kata
keluarganya : Adakah kamu boleh rawatnya, kerana kamu datang daripada sahabatmu
(Rasulullah s.a.w.) yang amat baik.
B A B
I I
P E M B A H A S A N
A. Ayat
Al-Qur’an
Surah
Al-Fatihah
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (1) الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ (3) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ (4)
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ (5) اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
(6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
وَلَا الضَّالِّينَ (7) [الفاتحة : 1 - 7]
B. Terjemahan
a.
Terjemahan
Surah Al-Fatihah Per ayat.
1. Dengan
menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
3. Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Yang
menguasai Hari Pembalasan.
5. Hanya
Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.
6. Tunjukkanlah
kami jalan yang lurus.
7. (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang
dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
b. Terjemahan Surah Al-Fatihah
“ Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang, Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha
Penyayang, Yang menguasai Hari Pembalasan, Hanya Engkaulah yang Kami sembah,
dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan, Tunjukkanlah kami jalan
yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada
mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang
sesat”.
C. Asbabun Nuzul
Sebagaimana diriwatkan
oleh Ali bin Abi Tholib mantu Rosulullah Muhammad saw: “Surat al-Fatihah turun
di Mekah dari perbendaharaan di bawah ‘arsy’”.
Riwayat lain menyatakan,
Amr bin Shalih bertutur kepada kami: “Ayahku bertutur kepadaku, dari al-Kalbi,
dari Abu Salih, dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Nabi berdiri di Mekah, lalu
beliau membaca,Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang, Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Kemudian
orang-orang Quraisy mengatakan, “Semoga Allah menghancurkan mulutmu (atau
kalimat senada).”
Dari Abu Hurairah, ia
berkata, “Rosulullah saw. bersabda saat Ubai bin Ka’ab membacakan Ummul Quran
pada beliau, “Demi zat yang jiwaku ada di tangan-Nya, Allah tidak menurunkan
semisal surat ini di dalam Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran. Sesungguhnya
surat ini adalah as-sab’ul
matsani (tujuh
kalimat pujian) dan al-Quran al-’Azhim yang diberikan kepadaku.”
Munasabah
Munasabah di sini hanya munasabah untuk surah al
fatihah dengan surah al baqarah, dan dapat beberapa hubungan diantaranya :
1.
Surat
al fatihah merupakan pokok pokok pembahasan yang akan di rinci dalam surah al
baqarah.
2.
Di
bagian akhir shurah alfatihah di sebutkan permohonan hamba kepada Allah, agar
di beri petunjuk kearah jalan yang lurus, sedangkan di surah al baqarah di
mulai dengan ayat yang menerangkan bahwasanya al qur’an merupakan kitab yang
menunjukan jalan yang di maksudkan tersebut.
3.
Di
akhir surah alfatihah di sebutkan tiga kelompok manusia, yaitu manusia yang di
beri nikmat, manusia yang di murkai oleh Allah, dan manusia yang sesat.
Sedangkan di awal surah al baqarah juga di sebutkan tiga kelompok manusia,
yaitu manusia yang bertakwa, manusia yang kafir, dan manusia yang munafiq.
D. Penjelasan Umum
a.
Surah
Al-Fatihah
Al-Fatihah terdiri dari tujuh
ayat dan menurut mayoritas ulama diturunkan di Mekkah. Namun menurut pendapat
sebagian ulama, seperti Mujahid, surat ini diturunkan di Madinah. Menurut
pendapat lain lagi, surat ini diturunkan dua kali, sekali di Mekkah, sekali di
Madinah. Ia merupakan surat pertama dalam daftar surat Al-Qur’an. Meski
demikian, ia bukanlah surat yang pertama kali diturunkan, karena surah yang
pertama kali diturunkan adalah Surah al-Alaq.
Surat ini dinamakan al-fatihah (pembuka)
karena secara tekstual ia memang merupakan surat yang membuka atau mengawali
Al-Qur’an, dan sebagai bacaan yang mengawali dibacanya surah lain dalam
shalat. Selain al-Fatihah, surat ini juga dinamakan oleh
mayoritas ulama dengan Ummul Kitab. Namun nama ini tidak
disukai oleh Anas, al-Hasan, dan Ibnu Sirin. Menurut mereka, nama Ummul
Kitab adalah sebutan untuk al-Lauh al-Mahfuzh. Selain kedua nama
itu di atas, menurut as-Suyuthi memiliki lebih dari dua puluh nama, di
antaranya adalah al-Wafiyah (yang mencakup dan as-Sab’ul
Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang).
Dinamakannya Al-Fatihah
sebagai Ummul Kitab (Induk Kitab) adalah karena ia mengandung
seluruh tema pokok dalam Alquran, yaitu tema pujian kepada Allah yang memang
berhak untuk mendapatkan pujian, tema ibadah dalam bentuk perintah maupun
larangan, serta tema ancaman dan janji tentang hari kiamat. Dengan kata
lain, al-Fatihah mencakup ajaran-ajaran pokok dalam Islam, yaitu ajaran tentang
tauhid, kepercayaan terhadap Hari Kiamat, cara beribadah, dan petunjuk dalam
menjalani hidup.
b.
Keutamaan
Surah Al-Fatihah
Paling tidak ada, ada dua keutamaan Surah
al-Fatihah, pertama: membaca Surah Al-Fatihah adalah
salah satu rukun dalam shalat. Dengan demikian, ia pun selalu dibaca dalam
setiap shalat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW:
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ يَقْرَأُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَاب (رواه ابن حبان)
Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca Surah al-Fatihah
(H.R. Ibnu Hibban).
Keutamaan kedua adalah bahwa al-Fatihah
merupakan surat paling agung dalam Al-Qur’an. Hal ini berdasarkan sabda Nabi
Muhammad SAW:
عَنْ أَبِي سَعِيدِ
بْنِ الْمُعَلَّى قَالَ كُنْتُ أُصَلِّي فَدَعَانِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمْ أُجِبْهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي كُنْتُ
أُصَلِّي قَالَ أَلَمْ يَقُلْ اللَّهُ {اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا
دَعَاكُمْ} ثُمَّ قَالَ أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ
أَنْ تَخْرُجَ مِنْ الْمَسْجِدِ فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ
نَخْرُجَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ
سُورَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ
السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ.
Dari Abu Sa’id bin al-Mu’alla, ia berkata, Saya sedang shalat,
lantas Nabi SAW memanggilku, dan aku tidak menyahut panggilan beliau. (Usai
shalat), aku pun menemui beliau dan berkata, “Ya, Rasulullah, saya sedang
shalat.” Beliau lalu bersabda, “Bukankan Allah berfirman: [ Hai
orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul
menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu (QS. Al-Anfal:
24)?”] Kemudian, beliau kembali bersabda, “Maukah kau kuajari sebuah surat
yang paling agung dalam Al Quran sebelum kamu keluar dari masjid nanti?” Maka
beliau pun berjalan sembari menggandeng tanganku. Tatkala kami sudah hampir
keluar masjid, aku pun berkata, “Wahai Rasulullah, Anda tadi telah bersabda,
‘Aku akan mengajarimu sebuah surat paling agung dalam Al Quran?’” Maka beliau
bersabda, “(Surat itu adalah) Alhamdulillaahi Rabbil ‘alamiin (surat Al
Fatihah), itulah As Sab’ul Matsaani (tujuh ayat yang sering diulang-ulang dalam
shalat) serta Al Quran Al ‘Azhim yang dikaruniakan kepadaku.”
E.
Tafsir Ayat
a.
Surah Al-Fatihah : 2 الْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِينَ (2) [الفاتحة : 2]
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Ayat ini merupakan pujian kepada
Allah karena Dia memiliki semua sifat kesempurnaan dan karena telah memberikan
berbagai kenikmatan, baik lahir maupun batin; serta baik bersifat keagamaan
maupun keduniawian. Di dalam ayat itu pula, terkandung perintah Allah kepada
para hamba untuk memuji-Nya. Karena hanya Dialah satu-satunya yang berhak atas
pujian. Dialah yang menciptakan seluruh makhluk di alam semesta. Dialah yang
mengurus segala persoalan makhluk. Dialah yang memelihara semua makhluk dengan
berbagai kenikmatan yang Dia berikan. Kepada makhluk tertentu yang terpilih,
Dia berikan kenikmatan berupa iman dan amal saleh.
Segala puji hanya bagi Allah Tuhan seluruh Alam, Setelah menyebut nama Allah, maka kalimat
pertama yang kita ucapkan ialah syukur kepadanya.
Allah Tuhan yang pertumbuhan dan kehidupan segala sesuatu di
jagad raya dan alam semesta ini bersumber darinya, baik alam benda mati maupun benda hidup, baik yang ada di bumi maupun yang ada di
langit. Dia-lah yang mengajarkan kepada lebah madu
dari mana mencari makanan dan bagaimana cara membuat
sarang. Dia juga mengajarkan kepada semut bagaimana menyimpan
makanannya untuk musim dingin. Dia pulalah yang menumbuhkan batang-batang
gandum yang penuh dengan biji-biji hanya dari sebutir gandum, juga
menumbuhkan sebatang pohon apel dari sebutir biji apel.
Dia-lah yang menciptakan langit dengan
kehebatan yang amat besar ini dan menetapkan garis
peredaran setiap bintang dan setiap galaksinya. Dia-lah yang menciptakan
kita dari setetes air yang memancar dan menumbuhkan kita di dalam perut ibu selama kurang lebih 6 hingga 9 bulan. Lalu setelah
kita lahir ke dunia, Dia pun menyediakan segala
keperluan untuk pertumbuhan kita. Dia membentuk badan
kita sedemikian rupa sehingga mampu mempertahankan diri dari kuman-kuman penyebab penyakit dan jika salah satu tulang tubuh
kita patah atau retak, maka tubuh kita memiliki
kemampuan untuk mengatasinya sedemikian rupa.
Kemudian jika tubuh memerlukan darah maka
secara alami ia memproduksinya untuk memenuhi
keperluan tersebut. Meski demikian, yang berada di tangan Allah bukan hanya perkembangan dan pemeliharan tubuh kita saja,
karena Dia juga menciptakan akal dan perasaan untuk
kita lalu mengutus para nabi dan menurunkan
kitab-kitab samawi untuk membina kita.
Dari ayat tadi
terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik :
1.
Ketergantungan kita dan seluruh alam semesta
ini kepada Allah. Bukan hanya pada saat perciptaan,
akan tetapi perkembangan dan keterpeliharaan kita juga
datang dari-Nya. Oleh karena itu, hubungan Allah dengan segala yang maujud ini bersifat selamanya dan kekal.
2.
Atas dasar ini pula kita harus mensyukuri
nikmat-nikmat-Nya. Bukan hanya di dunia, di hari
akhiratpun ucapan para penghuni surga ialah alhamdulillahi rabbil
alamiin.
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamiin
Segala puji bagi Allah, Tuhan
sekalian alam. Puji ada 4 macam, yaitu :
1. Qodim ala Qodim : pujian Allah kepada Allah sendiri sendiri.
Contohnya banyak kita jumpai di Alqu’an, semisal :
(Qs. Al
Baqoroh : 30) إنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
Aku lebih tau apa yang tidak kalian ketahui”
2. Qodim ala hadits : pujian Allah kepada mahluknya. Contohnya
dalam ayat :
(Qs. Al Qolam : 4) وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيم
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar
di atas budi pekerti yang luhur”
3. Hadits ala Qodim : pujian mahluk
kepada Allah. Sebagai umat Islam tentunya harus sering melakukan ini. Semisal
ucapan kita “Ya Allah.. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penyayang”.
4. Hadits ala hadits : pujian mahluk
kepada mahluk lainnya, seperti ucapan kita kepada kerabat kita “Kamu baik
banget” atau semisal “Tambah cantik kamu sekarang” atau mungkin “Indah sekali
pelanginya” dan sebagainya.
Dan segala puji di atas hanyalah
milik Allah. Qodim ala Qodim, hadits ala Qodim milik Allah karena memang jelas
pujian tersebut teruntuk Allah. Qodim ala hadits, hadits ala hadits juga milik
Allah karena dengan memuji suatu karya berarti memuji penciptanya. Bila kita
mengatakan “Keren ni lukisan” maka hakikatnya kita memuji seniman yang telah
membuat lukisan tersebut.
Yang menarik di sini adalah pujian
Allah kepada Nabiyyuna Muhammad SAW yang telah tersebut di atas yaitu :
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيم
Pada Ayat tersebut sangat nampak
betapa Allah bersungguh-sungguh dalam memuji mahluknya yang bernama Muhammad
tersebut. Dalam Ayat tersebut Allah mengukuhkan pujian dengan Inna
(sesungguhnya). Tidak hanya Inna, bahkan Allah menambah huruf pengukuh
lain yaitu lam yang artinya “benar-benar”. Dua huruf pengukuhan dalam
satu kalimat ini menunjukkan bahwa lafadl yang setelahnya disebutkan merupakan
hal yang nyata adanya.
Allah juga menggunakan perangkat I’rob
Jer berupa ala (di atas). Ini menunjukkan bahwa sesuatu dari
Muhammad berada di atas di bandingkan mahluk-mahluk lain. Nah yang berada di
atas apa? Yang berada di atas adalah Ahlak yang luhur. Lafadl “khuluqun”
merupakan jama’ dari lafadl “ahlakun”.
Maka jelas sudah betapa Allah
bersungguh-sungguh memuji Nabi Muhammad SAW. Maka seyogyanya kita sebagai umat
dari Nabi Muhammad yang menghamba kepada Allah memuji beliau, mencintai beliau
dan meneladani beliau dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Surah Al-Fatihah : 3 الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
(3) [الفاتحة : 3]
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Kedua kata tersebut adalah kata sifat yang berakar
pada satu kata, yaitu ar-rahmah. Secara bahasa, kata rahmat berarti
kasih di dalam hati yang mendorong timbulnya perbuatan baik. Makna bahasa ini
kurang tepat untuk menggambarkan sifat Allah. Karena itulah, para ulama lantas
lebih sepakat untuk menyatakan bahwa kasih sayang adalah sifat yang ada dalam
Dzat Allah. Kita tidak mengetahui bagaimana hakikatnya. Kita hanya menyadari
efek dari sifat kasih sayang-Nya, yaitu berupa kebaikan.
Banyak para ulama yang membedakan antara
makna ar-Rahman dan ar-Rahim.Sifat ar-Rahman merupakan
sifat kasih sayang Allah yang memberikan kenikmatan kepada seluruh makhluk-Nya.
Sedangkan sifat ar-Rahim adalah sifat kasih sayang-Nya yang
memberikan kenikmatan secara khusus untuk orang-orang mukmin saja. Sebagian
ulama lain menyatakan bahwa sifat ar-Rahman merupakan sifat kasih sayang Allah
yang memberikan kenikmatan yang bersifat umum. Sedangkan sifat ar-Rahim
merupakan sifat kasih Allah yang memberikan kenikmatan yang bersifat khusus.
Menurut Syekh Thanthawi Jauhari, kata ar-Rahman merupakan
sifat kasih sayang Allah yang berkaitan dengan Dzat-Nya. Allah merupakan sumber
kasih sayang dan kebaikan. Sedangkan kata ar-Rahim adalah
sifat kasih sayang Allah yang berkaitan dengan perbuatan, yaitu bagaimana
sampainya kasih sayang dan kebaikan Allah kepada para hamba-Nya yang diberi
kenikmatan.
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Allah yang
kita imani ialah Zat yang penuh kasih sayang, cinta, maaf dan ampunan. Contoh-contoh rahmat dan cinta-Nya terdapat di dalam
kebesaran nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga untuk
kita. Bunga-bunga yang indah berbau harum, buah-buahan
yang manis dan lezat rasanya, berbagai bahan makanan yang lezat dan bergizi, bahan-bahan pakaian yang beraneka warna, dan lain
sebagainya adalah anugerah yang diberikan Allah kepada
kita.
Kecintaan seorang ibu kepada anaknya Dia
tanamkan di dalam sanubari ibu kita, sedangkan Allah
sendiri memiliki cinta yang jauh lebih besar daripada kecintaan ibu kepada anaknya. Kemurkaan dan siksaan-Nya pun datang dari
tindakan Allah yang bertujuan memperingatkan dan
adanya perhatian Allah terhadap kita. Bukannya karena
sifat dendam atau niat menuntut balas. Oleh karena itu jika kita bertaubat dan menutupi kesalahan yang kita lakukan maka Allah pasti
akan mengampuni dan menghapus kesalahan.
Dari ayat tadi
terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah selalu mendidik dan memelihara segala yang maujud ini
dengan rahmat dan mahabbah, karena di samping sifatnya
sebagai Rabbul Alamin, penguasaan dan pemeliharaan
semesta alam, Dia juga menyebut diri-Nya sebagai
Arrahman dan Arrahim, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Bila
para pengajar dan pendidik ingin mendapatkan sukses, maka mereka harus bekerja berdasarkan mahabbah dan kasih sayang.
Dua nama yang menunjukkan bahwa Allah Ta’ala memiliki rahmat yang
luas dan besar yang mencakup segala sesuatu dan semua yang hidup dan Dia
tetapkan untuk orang-orang yang bertakwa yang mengikuti nabi-nabi-Nya dan
rasul-rasul-Nya. Mereka mendapatkan rahmat yang mutlak dan selain mereka
mendapatkan bagian dari rahmat-Nya. Dan ketahuilah bahwa diantara kaidah-kaidah
yang telah disepakati oleh salaf (pendahulu) ummat ini dan imam-imam mereka:
beriman dengan nama-nama Allah dan sifat-sifat-Nya dan beriman dengan hukum-hukum
sifat. Mereka mengimani – misalnya bahwa
Allah rahman rahim (Maha Pengasih Maha Penyayang) yang memiliki sifat
rahmat (kasih sayang) yang Dia curahkan kepada al marhum (yang Dia
kasih-sayangi). Maka nikmat-nikmat seluruhnya merupakan buah dari rahmat-Nya.
Dan demikianlah pada seluruh sifat. Kita katakan pada Al Alim (Yang Maha
Mengetahui); bahwa Dia Maha Mengetahui, memiliki pengetahuan, dengannya Dia
mengetahui segala sesuatu. Qadir (Yang Maha Berkuasa), memiliki kekuasaan,
berkuasa atas segala sesuatu
F.
Unsur-Unsur
Pokok dalam Surah Al- Fatihah
a.
Keimanan
Beriman
kepada Tuhan Yang Maha Esa
terdapat dalam ayat 2, dimana dinyatakan dengan tegas bahwa segala puji dan
ucapan syukur atas suatu nikmat itu bagi Allah, karena Allah adalah Pencipta
dan sumber segala nikmat yang terdapat dalam alam ini. Di antara nikmat itu
ialah : nikmat menciptakan, nikmat mendidik dan menumbuhkan, sebab kata Rabb
(ربّ)
dalam kalimat Rabbul-'aalamiin (ربّ العالمين) tidak hanya berarti Tuhan atau Penguasa,
tetapi juga mengandung arti tarbiyah (التربية) yaitu mendidik dan menumbuhkan. Hal ini
menunjukkan bahwa segala nikmat yang dilihat oleh seseorang dalam dirinya
sendiri dan dalam segala alam ini bersumber dari Allah, karena Tuhan-lah Yang
Maha Berkuasa di alam ini. Pendidikan, penjagaan dan Penumbuhan oleh Allah di
alam ini haruslah diperhatikan dan dipikirkan oleh manusia sedalam-dalamnya,
sehingga menjadi sumber pelbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat menambah
keyakinan manusia kepada keagungan dan kemuliaan Allah, serta berguna bagi
masyarakat. Oleh karena keimanan (ketauhidan) itu merupakan masalah yang pokok,
maka di dalam surat Al-Faatihah tidak cukup dinyatakan dengan isyarat saja,
tetapi ditegaskan dan dilengkapi oleh ayat 5, yaitu : Iyyaaka na'budu wa
iyyaka nasta'iin/إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ
نَسْتَعِين (hanya kepada Engkau-lah kami menyembah, dan hanya kepada
Engkau-lah kami mohon pertolongan). Janji memberi pahala terhadap perbuatan
yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang buruk.
Yang
dimaksud dengan Yang Menguasai Hari Pembalasan ialah pada hari itu Allah-lah
yang berkuasa, segala sesuatu tunduk kepada kebesaran-Nya sambil mengharap
nikmat dan takut kepada siksaan-Nya. Hal ini mengandung arti janji untuk
memberi pahala terhadap perbuatan yang baik dan ancaman terhadap perbuatan yang
buruk. Ibadat yang terdapat pada ayat 5 semata-mata ditujukan kepada Allah.
b.
Hukum-hukum
Jalan
kebahagiaan dan bagaimana seharusnya menempuh jalan itu untuk memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat. Maksud "Hidayah" disini ialah hidayah
yang menjadi sebab dapatnya keselamatan, kebahagiaan dunia dan akhirat, baik
yang mengenai kepercayaan maupun akhlak, hukum-hukum dan pelajaran. .
c.
Kisah-kisah
Kisah para Nabi
dan kisah orang-orang dahulu yang menentang Allah. Sebahagian besar dari
ayat-ayat Al -Quran memuat kisah-kisah para Nabi dan kisah orang-orang dahulu yang
menentang. Yang dimaksud dengan orang yang diberi nikmat dalam ayat ini, ialah
para Nabi, para shiddieqiin/صدّيقين (orang-orang
yang sungguh-sungguh beriman), syuhadaa'/شهداء (orang-orang
yang mati syahid), shaalihiin/صالحين (orang-orang
yang saleh). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sesat, ialah
golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.
d.
Al-Fatihah
Al-Fatihah
merupakan satu-satunya surah yang dipandang penting dalam salat. Salat dianggap tidak sah apabila pembacanya
tidak membaca surah ini. Dalam hadits dinyatakan bahwa salat yang tidak disertai
al-Fatihah adalah salat yang "buntung" dan "tidak
sempurna".[5] Walau begitu,
hal tersebut tidak berlaku bagi orang yang tidak hafal Al-Fatihah. Dalam hadits
lain disebutkan bahwa orang yang tidak hafal Al-Fatihah diperintahkan membaca:
"Maha
Suci Allah, segala puji milik Allah, tidak ada tuhan kecuali Allah, Allah Maha
Besar, tidak ada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah."
Dalam
pelaksanaan salat, Al-Fatihah dibaca setelah pembacaan Doa Iftitah dan dilanjutkan dengan "Amin" dan kemudian membaca ayat atau surah
al-Qur'an (pada rakaa'at tertentu). Al-Fatihah yang dibaca pada rakaat pertama
dan kedua dalam salat, harus diiringi dengan ayat atau surah lain al-Qur'an.
Sedangkan pada rakaat ketiga hingga keempat, hanya Al-Fatihah saja yang dibaca.
B A B I I I
P E N U T U P
Surah Al-Fatihah (سورة الفاتحة) – Pembukaan – surah yang diturunkan di Makkah dan diturunkan selepas Surah Al-Muddathir. Surah ini mempunyai tujuh ayat
dan inilah surah pertama yang diturunkan lengkap keseluruhan ayat bagi sebuah
surah dan termasuk dalam golongan surah Makkiyyah.
Surah ini dinamakan Al-Fatihah
(Pembukaan) kerana ia dijadikan sebagai pembuka dan permulaan Al-Quran.
Surah ini juga dinamakan Ummul Quran (ام القــرآن – Ibu Quran) atau Ummul Kitaab (ام الكتاب – Ibu Kitab) kerana ia merupakan ibu atau
induk kepada semua isi Al-Quran dan menjadi inti sari dari kandungan Al-Quran itu sendiri.
Surah ini turut dinamakan As-Sab’ul Matsaani yang bermaksud tujuh yang
berulang-ulang kerana ayat ini diulang-ulang bagi setiap solat.
Surat Al-Fatihaah ini melengkapi
unsur-unsur pokok syari'at Islam, kemudian dijelaskan perinciannya oleh
ayat-ayat Al-Quran yang 113 surat berikutnya.
Persesuaian surat ini dengan surat Al
Baqarah dan surat-surat sesudahnya ialah surat Al Fatihah merupakan titik-titik
pembahasan yang akan diperinci dalam surat Al Baqarah dan surat-surat yang
sesudahnya.
Dibahagian akhir surat Al Faatihah disebutkan
permohonan hamba supaya diberi petunjuk oleh Tuhan kejalan yang lurus, sedang
surat Al Baqarah dimulai dengan penunjukan al Kitaab (Al Quran) yang cukup
sempurna sebagai pedoman menuju jalan yang dimaksudkan itu.
D A F T A R P
U S T A K A
Abu
al-Laits Nashr bin Muhammad bin Ibrahim as-Samarqandi, Bahr al-Ulum,
(Beirut: Dar al-Fikr, tt.), juz 1, hal.43.
Abu
Muhammad al-Husain bin Mas’ud al-Baghawi, Ma’alim at-Tanzil, (Riyadh: Dar ath-Thayyibah li an-Nasy wa
at-Tauzi’, 1997), juz 1.
Alauddin Ali bin Muhammad bin Ibrahim al-Baghdadi
(al-Khazin), Lubab at-Ta’wil fi Ma’ani at-Tanzil, (Beirut: Dar
al-Fikr, 1979), juz 1.
Fakhruddin
Ar-Razi, Mafatih al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,
2000), juz 1.
Ismail
bin Umar bin Katsir al-Qarsyi ad-Damsyiqi, Tafsir al-Qur’an
al-Azhim, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), juz 1.
Kementrian Agama
RI, al qur’an dan tafsirnya ,
Jakarta : widiya cahaya, 2011
M.
Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta:
Lentera Hati, 2007).
Muhammad
bin Bahadur bin Abdullah az-Zarkasyi, Al-Burhan fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Ma’rifah,
1391 H), juz 1.
Shodiqi
Muhammad Jamil, Tafsir Showy, ( Beirut, Libanon, Darubnu Assosoh, 2005 )
Juz 1.
Taysir
Karimir-Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan
SYUKRON AKHI
BalasHapusmaaf mau nambahin resensi aja nih kajian tafsir alquran surah albaqarah aya ke 3 dari kitab tafsir al munir karya syeh nawawi al jawi
BalasHapus