M A K A L A H F I Q I H
P U A S A
Dosen
Pengampu :
Di Susun :
OLEH
Nama
: Hermansyah
Nama
: Muhammad Taufiq
Nama
: Ori Farhan
Kelas
: III “ D “
TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (
STAIN )
KOTA PONTIANAK
TAHUN PELAJARAN 2012
Kata pengantar
Makalah ini di susun bartujuan untuk memenuhi kebutuhan literature mata
kuliah Ilmu Fiqih
Karna mata kuliah ini merupakan sebuah pembahasan yg berkaitan dengan
peribadatan keagamaan, maka uraian materinya mencakup tentang jenis dan hukum puasa,
namun di sajikan dengan sederhana dan ringkas. Dengan kata lain, mata kuliah
ini sekedar memberikan ilmu tentang Syariat Islam.
Karya ini merupakan pengembangan suatu pendidikan Islam yang disusun
secara ringkas dalam pengampu mata kuliah tahun 2012. Kendati telah di susun
dengan seksama, dengan memperhatikan kepentingan bersama pada strata satu, buku
ini pastinya tidak luput dari kelemahan dan kekurangan. Karena itu saran dan
kritik anda kami harapkan.
Akhirnya, semoga penyajian makalah ini dapat membantu kita semua dalam
mata Ushul Fiqih atau pihak yang ingin mengenal Suatu Ilmu Fiqih secara umum.
Kepada pihak yang sudah membantu hingga makalah ini selesai, kami ucapakan
terima kasih, semoga Allah membalas dan menilainya sebagai amal shaleh.
Pontianak,
01 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
1.
Kata Pengantar
.........................................................................................
ii
2.
Daftar Isi
..................................................................................................
iii
3.
BAB I – Pendahuluan ..............................................................................
1
1. Latar Belakang ....................................................................................
1
2. Rumusan Masalah ...............................................................................
1
4.
BAB II – Pembahasan
..............................................................................
2
3. Pengertian Puasa .................................................................................
2
4. Jenis-jenis Puasa .................................................................................
3
5. Hukum Puasa ......................................................................................
5
6. Hikmah Puasa .....................................................................................
8
5.
BAB III – Penutup
...................................................................................
9
7. Kesimpulan
.........................................................................................
9
6.
8. Daftar Pustaka
.........................................................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konsepsi puasa
dalam pemaknaan istilah seringkali dimaknai dalam pengertian sempit sebagai
suatu prosesi menahan lapar dan haus serta yang membatalkan puasa yang
dilakukan pada bulan ramadhan. Padahal hakekat puasa yang sebenarnya adalah
menahan diri untuk melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Selain itu,
puasa juga memberikan ilustrasi solidaritas muslim terhadap umat lain yang
berada pada kondisi hidup miskin. Dalam konteks ini, interaksi sosial dapat
digambarkan pada konsepsi lapar dan haus yang dampaknya akan memberikan
kemungkinan adanya tenggang rasa antar umat manusia.
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi seluruh kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat dijadikan pedoman hidup.
B. Rumusan Masalah
Pengkajian tentang hakekat puasa ini dapat dikatakan universal dan meliputi seluruh kehidupan manusia baik kesehatan, interaksi sosial, keagamaan, ekonomi, budaya dan sebagainya. Begitu universal dan kompleksnya makna puasa hendaknya menjadi acuan bagi muslim dalam mengimplementasikannya pada kehidupan sehari-hari. Dengan pengertian lain puasa dapat dijadikan pedoman hidup.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana
Pengertian puasa ?
b. Jenis-jenis
Puasa ?
c. Bagaimana
Hukum Puasa ?
d. Bagaimana
Hikmah berpuasa ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Puasa
Puasa secara bahasa adalah menahan diri dari sesuatu. Sedangkan secara
terminologi, adalah menahan diri pada siang hari dari berbuka dengan disertai
niat berpuasa bagi orang yang telah diwajibkan sejak terbit fajar hingga
terbenam matahari. Sedangkan menurut istilah, ialah menahan diri dari segala
apa yang membatalkan puasa, dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari
(masuknya waktu Shalat magrib).
Dan secara terminology (Istilah) para ulama mengartikan puasa adalah
menahan diri dari segala makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari terbit
fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. Kaum
Muslimin diwajibkan puasa Ramadan yang lamanya sebulan yang dilaksanakan setiap
harinya dari terbit fajar pagi hingga terbenam matahari.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat dikatakan bahwa puasa pada
dasarnya mengandung pengertian menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan
yang dilarang oleh syariat agama. Dasar hukum Puasa tersebut dinyatakan
berdasarkan sabda Nabi yang dinyatakan dalam hadist bahwa Islam di bangun atas
lima tiang (Rukun Islam) dan firman Allah dalam sura Al- Baqarah ayat 183
Artinya : Hai orang-orang yang beriman sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.(Albaqarah- 183). [1]
B.
Jenis
– Jenis Puasa
1. Puasa wajib
Kewajiban melaksanakannya tidak membutuhkan
dalil, dan orang yang mengingkarinya berarti telah keluar dari islam. Karena ia
seperti shalat, yaitu di tetapkan dengan keharusan. Dan ketetapan itu di
ketahui, baik oleh yang bodoh maupun orang yang alim, dewasa maupun yang
anak-anak. [2]
a. Puasa bulan Ramadhan
b. Puasa Qadha
d. Puasa Nadzar.
2. Puasa Mustahab ( Sunat )
Telah di jelaskan dalam uraian terdahulu bahwa
di samping puasa wajib, ada pula berbagai macam puasa yang di ajarkan oleh
Rasul Allah SAW yang sifatnya bukan ketentuannya yang tidak harus di kerjakan,
melainkan bersifat anjuran yang akan sangat baik efeknya bagi siapapun yang
menjalankannya dalam rangka upaya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah
swt.
1.
Puasa syawal
Puasa
syawal ialah puasa yang di laksanakan setelah tanggal 1 syawal sebanyak enam
hari. Puasa ini dapat dilaksanakan secara berturut-turut atau dapat juga
dilaksanakan tidak secara berturut-turut. [3]
2. Puasa
senin-kamis
Puasa
senin-kamis di tuntunkan rasulullah saw untuk dapat dijadikan amalan sunnah
oleh umatnya sebagaimana oleh umatnya.
3. Puasa
‘arafah’.
Puasa
arafah ialah puasa sunnah yang di tuntunkan oleh rasulullah saw dapat di
tunaikan oleh setiap muslim yang sedang tidak melakukan ibadah haji.
4. Puasa
‘asyura.
Puasa
‘asyura ialah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 10 bulan muharram.
5. Puasa
sya’ban
Termasuk
puasa yang di sunnahkan oleh rasulullah saw tanpa di tunjuk secara pasti hari
pelaksanaannya serta berapa hari pelaksanaannya serta berapa hari puasa
tersebut dikerjakan.
6. Puasa
putih
Puasa
putih ialah puasa yang dilaksanakan pada tanggal 13, 14 dan 15 bulan Qamariyah.
7. Puasa
daud
Puasa daud ialah puasa yang dahulu pernah
dilakukan oleh nabi Daud as yang dilakasanakan sehari puasa dan sehari berbuka.
[4]
C.
Hukum
Puasa
Adapun beberapa hukum-hukum puasa
diantaranya ialah :
1.
Puasa Wajib
Yaitu puasa pada
bulan Ramadhan. Hukumnya wajib bagi semua orang muslim yang sudah baligh, tidak
gila, tidak haid dan tidak nifas ( habis melahirkan ).
1. Puasa Ramadan adalah salah satu rukun Islam yang lima. Pertama
turunnya wahyu yang mewajibkan puasa Ramadan adalah pada tanggal 10 Sya'ban
tahun kedua hijrah. Nabi berpuasa Ramadan selama 9 kali dalam 9 tahun.
Karena
puasa Ramadan merupakan salah satu kewajiban utama, maka seorang muslim yang
menganggapnya tidak wajib hukumnya murtad dan kafir. Kecuali kalau dia
bertaubat. Sedang bagi yang tidak berpuasa karena malas, dianggap fasik. Bukan
kafir.
2. Puasa karena membayar kafarah (denda). Seperti puasa 3 hari setelah
melanggar sumpah atas nama Allah.
3. Puasa nadzar. Orang yang bernadzar akan berpuasa apabila
tujuannya tercapai, maka ia wajib berpuasa apabila yang diinginkannya terkabul. [5]
2.
Puasa Sunah
Yaitu puasa yang dilakukan untuk
beribadah kepada Allah selain puasa wajib. Puasa sunnah disebut juga dengan
puasa nafilah (النافلة). Puasa sunnah mendapat pahala apabila dilakukan, tapi tidak
berdosa apabila ditinggalkan.
Adapun puasa-puasa yang
disunnahkan menurut ijma' (kesepakatan) ulama ada 9 (sembilan), yaitu:
1. Puasa Daud.
Yaitu puasa sehari dan berbuka sehari.
2. Puasa 3
hari setiap bulan. Yang utama pada tanggal 13, 14, dan 15. Yang disebut dengan ayyamul
biydh (أيام البيض).
3. Puasa Senin
Kamis setiap minggu.
4. Puasa 6
hari setelah hari Raya Idul Fitri (bulan Syawal). Walau terpisah-pisah. Tapi
berturut-turut lebih utama, kecuali menurut madzhab Maliki.
5. Puasa pada
hari Arafah, tanggal 9 Dzulhijjah, kecuali bagi yang sedang ibadah haji.
6. Puada
tanggal 8 Dzulhijjah bagi jemaah haji dan yang lain.
7. Puasa hari
tasu'a (يوم التاسوعاء) dan 'asyura' (يوم العاشوراء) yaitu hari ke-9 dan ke-10 bulan
Muharram.
8. Puasa pada
bulan-bulan yang mulia (أَشْهُرُ الحُرُم). Ada 4 bulan mulia dalam Islam, yaitu
Dzul Qo'dah, Dzul Hijjah, Muharram, dan Rajab.
9. Puasa bulan
Sya'ban. [6]
3.
Puasa Makruh
Makruh adalah
perbuatan yang apabila ditinggalkan mendapat pahala sedang apabila dikerjakan
tidak berdosa. Intinya, perbuatan yang sebaiknya ditinggalkan.
Puasa yang
makruh ada 3 (tiga) sebagai berikut:
1. Puasa pada
hari Jum'at. Kecuali apabila kelanjutan dari puasa pada hari sebelumnya.
2. Puasa pada
hari Sabtu dan Minggu. Kecuali kelanjutan dari hari sebelumnya.
3. Puasanya
orang yang (a) sakit, (b) musafir, (c) orang hamil, (d) ibu menyusui, (e) orang
tua apabila dikuatirkan membahayakan kesehatannya. [7]
4.
Puasa Haram
Haram sudah
jelas maknanya. Yaitu, berdosa apabila dilakukan. Puasa yang diharamkan ada 4
(empat), yaitu:
1. Istri puasa
sunnah tanpa sepengetahuan dari suami, atau suami tahu tapi tidak mengijinkan.
Kecuali, apabila suami sedang tidak membutuhkan seperti suami sedang bepergian,
sedang haji atau umroh.
2. Puasa pada
hari syak atau meragukan (يَوْمُ الشَك). Yaitu, hari ke-30 dari bulan
Sya'ban, kecuali apabila bertujuan sebagai puasa qadha (mengganti puasa Ramadhan
sebelumnya), puasa sunnah, puasa melanggar sumpah (puasa kafarah).
3. Puasa pada
hari Raya Idul Fitri atau Idul Adha. Mutlak tanpa kecuali.
4. Puasa pada
hari tasyriq yaitu hari ke-11, ke-12 dan ke-13 bulan Dzulhijjah. Keuali untuk dam
(sebagai ganti dari menyembelih qurban).
5. Puasa wanita
haid atau nifas (baru mehirkan).Haramnya mutlak tanpa kecuali.[8]
5.
Puasa Mubah
Mubah adalah
perbuatan yang dibolehkan. Melakukan atau meninggalkan sama-sama tidak
berpahala atau berdosa. Puasa mubah adalah setiap puasa yang tidak termasuk ke
dalam kategori wajib, haram, sunnah dan makruh di atas.[9]
D.
Hikmah
Puasa
a. Untuk menanamkan rasa sayang dan ramah kepada fakir miskin,
kepada anak yatim dan kepada orang yang melarat hidupnya.
b. Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Kita
mengetahui bahwa puasa itu amalan allah yang berat dan sukar.maka apabila kita
dapat memelihara amanah allah dengan sempurna terdidiklah kita untuk memelihara
amanah yang dipertaruhkan kepada kita.
c. Untuk menyuburkan dalam jiwa kita kekuatan menderita bila kita
terpaksa menderita dan untuk menguatkan kehendak kita dan untuk meneguhkan
keinginan dan kemauan.
d. Salah satu terapi unggulan untuk mengatasi berbagai macam
penyakit yang diderita manuusia.
e. Dengan melaksanakan ibadah puasa yang dijiwai oleh iman yang
kuat benar-benar akan menjadi pusat pelatihan pengendalian diri dari berbagai
dorongan nafsu.[10]
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
pengertian
diatas dapat dikatakan bahwa puasa pada dasarnya mengandung pengertian menahan
diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh syariat agama. Dasar
hukum Puasa tersebut dinyatakan berdasarkan sabda Nabi yang dinyatakan dalam
hadist bahwa Islam di bangun atas lima tiang (Rukun Islam) dan firman Allah
dalam sura Al- Baqarah ayat 183.
Dari
pengertian diatas bahwasannya jenis-jenis puasa terdapat 2 yaitu puasa wajib
dan puasa sunah, wajib dibagi menjadi beberapa puasa seperti puasa ramadhan,
puasa kafarat, puasa nadzar. Sedangkan puasa sunah dibagi juga menjadi beberapa
puasa diantaranya, puasa daud, senin-kamis, syawal dan lain sebagainya.
Dari
kesimpulan diatas hukum tergantung pada puasa itu sendiri adapun hukum puasa
antara lain, wajib, sunah, makruh, haram dan mubah.
Adapun
hikmah puasa itu sendiri ialah Untuk menanamkan rasa sayang dan ramah, Untuk
membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah, Untuk menyuburkan dalam jiwa kita
kekuatan menderita, terapi unggulan untuk mengatasi berbagai macam penyakit
yang diderita manuusia, dan dijiwai oleh iman yang kuat benar-benar akan
menjadi pusat pelatihan pengendalian diri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mas’ud, M.A, Ph.d, 2002, Menggagas
Format Pendidikan Nondikotomik, Yogyakarta : Gama Media.
Al-Subki, 1964, Tabaqat al-Shafi’iyya al-Kubra,
vol III, Kairo.
Badri Yatim, Dr, M.A, 2000, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, 2002, Ensiklopedi
Islam jilid 4, cetakan ke-10, Jakarta : PT Ichtiar Baru Van Hoeve.
M. Faruqi, The Development of the Institutions of
Madrasa and the Nizamiyya of Baghdad, Islamic Studies, vol. 26, musim gugur
1987.
[1] [1]
Sayyid Sabiq. 1978. Fiqih Sunah. Hal : 194
[2]
Muhammad Jawad Mughniyah. 2009. Fiqih lima mazhab. Hal 157.
[3] Drs.
Mustahafa Kamal, B.Ed, Drs. Ms. Chalil, MA dan Drs. Wahardjani, M.Ag. 2002.
Fikih Islam. Hal 158
[4] Drs.
Mustahafa Kamal, B.Ed, Drs. Ms. Chalil, MA dan Drs. Wahardjani, M.Ag. 2002.
Fikih Islam. Hal 158
[5]
Sayyid Sabiq. 1978. Fiqih Sunah. Hal : 198
[6]
Sayyid Sabiq. 1978. Fiqih Sunah. Hal : 236
[7]
Sayyid Sabiq. 1978. Fiqih Sunah. Hal : 226
[8]
Sayyid Sabiq. 1978. Fiqih Sunah. Hal : 226
[9]
Sayyid Sabiq. 1978. Fiqih Sunah. Hal : 226
[10] Drs.
Mustahafa Kamal, B.Ed, Drs. Ms. Chalil, MA dan Drs. Wahardjani, M.Ag. 2002.
Fikih Islam. Hal 48
Tidak ada komentar:
Posting Komentar