Selasa, 27 November 2012

Raga_Jiwa

 
TUHAN hari ini kulihat nyawa meninggalkan raganya.ku teringat..
bhwa smua raga kan kehilangan nyawanya.bgitu jga hamba..
kalau hari ini, esok, esok lusa, bulan depan.
atw kpan pun itu.nyawaku meninggalakanku..ku harap ENGKAU menjaga orang2 yg ku sayang,..terutama dirinya yg slalu memberiku semangat..bhwa ku bsa mnjadi yg terbaik..jagalah dia..jagalah kebahagiaannya..sehatkanlah dia..krna hamba takut..hamba takut..hamba tak bisa mengusap air matanya kala ia sedih..tertawa lepas bersamanya..:')

Namamu_Untukmu

Ku bergelut dlam gelap..
Tak mungkin ku merindukanmu..
Qta ini berbda.
Kau bdadari..
Aku apa?aku hnya scuil bnda yang menyesakkan bumi ne..
Ku pukul dgn keras dadaku.
Tepat d luar hatiku..
Ku ingn detak ne berhenti.
Krna ku tak ingn hati ne berdetak sambil menyiul namamu.
Krna qta ne berbeda..
Kau lah makhluk bersayap putih itu.
Kau berbeda.
Kau it indah mempesona.
Sdangkanku adl makhluk gelap kumuh itu..


Ttap saja...
Seandainya ada lagi satu tingkatan d atas kata rindu.
Maka kata itlah yg pantaz mewakiliku padamu..

Kau berkelit.
Dlam mimpiku,kau berdalih..
Bkankah perbedaan ne yg membuat sgalanya indah..
Kau bertutur''perbdaan ne lh yg membuat kta tambh kuat''

Untk kali ne ku percyai celotehmu..
Tapi,
Kala malam berotasi dalam ratusan..
Ku semakin ragu..
Bkan krna ku tak mempercyaimu.
Tapi krna kau tak berada di sisiku.
Kala ku jamah pipiku berlumur air mata rindu ne..

Dan tinggal menunggu waktu.
Saat ku harus menusuk hatiku dgn sembilu..
Ya saat drimu berikrar janji dgn pangeranmu..
BIDADARIKU.

Abu Nawas dan Kisah Enam Ekor Lembu yang Pandai Bicara


Genegenheid Taufiq
Pada suatu hari, Sultan Harun al-Rasyid memanggil Abu Nawas menghadap ke Istana. Kali ini Sultan ingin menguji kecerdikan Abu Nawas. Sesampainya di hadapan Sultan, Abu Nawas pun menyembah. Dan Sultan bertitah, “Hai, Abu Nawas, aku menginginkan enam ekor lembu berjenggot yang pandai bicara, bisakah engkau mendatangkan mereka dalam waktu seminggu? Kalau gagal, akan aku penggal lehermu.



“Baiklah, tuanku Syah Alam, hamba junjung tinggi titah tuanku.”
Semua punggawa istana yang hadir pada saat itu, berkata dalam hati, “Mampuslah kau Abu Nawas!”
Abu Nawas bermohon diri dan pulang ke rumah. Begitu sampai di rumah, ia duduk berdiam diri merenungkan keinginan Sultan. Seharian ia tidak keluar rumah, sehingga membuat tetangga heran. Ia baru keluar rumah persis setelah seminggu kemudian, yaitu batas waktu yang diberikan Sultan kepadanya.

Ia segera menuju kerumunan  orang banyak, lalu ujarnya, “Hai orang-orang muda, hari ini hari apa?”
Orang-orang yang menjawab benar akan dia lepaskan, tetapi orang-orang yang menjawab salah, akan ia tahan. Dan ternyata, tidak ada seorangpun yang menjawab dengan benar. Tak ayal, Abu Nawas pun marah-marah kepada mereka, “Begitu saja kok anggak bisa menjawab. Kalau begitu, mari kita menghadap Sultan Harun Al-Rasyid, untuk mencari tahu kebenaran yang sesungguhnya.”

Keesokan harinya, balairung istana Baghdad dipenuhi warga masyarakat yang ingin tahu kesanggupan Abu Nawas mambawa enam ekor Lembu berjenggot.

Sampai di depan Sultan Harun Al-Rasyid, ia pun menghaturkan sembah dan duduk dengan khidmat. Lalu, Sultan berkata, “Hai Abu Nawas, mana lembu berjenggot yang pandai bicara itu?”

Tanpa banyak bicara, Abu Nawas pun menunjuk keenam orang yang dibawanya itu, “Inilah mereka, tuanku Syah Alam.”
“Hai, Abu Nawas, apa yang kau tunjukkan kepadaku itu?”
“Ya, tuanku Syah Alam, tanyalah pada mereka hari apa sekarang,” jawab Abu Nawas.

Ketika Sultan bertanya, ternyata orang-orang itu memberikan jawaban berbeda-beda. Maka berujarlah Abu Nawas, “Jika mereka manusia, tentunya tahu hari ini hari apa. Apalagi jika tuanku menanyakan hari yang lain, akan tambah pusinglah mereka. Manusia atau hewan kah mereka ini? “Inilah lembu berjenggot yang pandai bicara itu, Tuanku.”

Sultan heran melihat Abu Nawas pandai melepaskan diri dari ancaman hukuman. Maka Sultan pun memberikan hadiah 5.000 dinar kepada Abu Nawas.

Sabtu, 24 November 2012

Tak Akan Pernah Berubah

Genegenheid Taufiq
          Bila kini aku berada dalam taman mimpiku.
          Kini cobalah berpaling, langit tak akan berwarna
          dan Aku tak kan merasa.
          Semua tak akan berubah, dan tak kan pernah berubah.
          Ini adalah taman mimpiku, dan ini juga taman langitku.

          Cobalah berpaling, ini hanyalah taman mimpi.
          Tak perlu kau bayangkan, tak perlu juga kau ragukan.
          Semua akan tetap tanpa perubahan.

Terdiam dan Bertahan


Genegenheid Taufiq
Aku tak selalu berdiri, terkadang hidup memilukan.
Jalan yang aku lalui, untuk sekedar bercerita.
Pegang tanganku ini, dan rasakan yang aku derita.
Apa yang akau berikan, tak kan menjadi kehidupan.
Semua yang aku inginkan, menjauh dari kehidupan.

Mungkin tempat aku melihat dibalik awan.
atau aku melihat dibalik hujan.
Itu lah tempat aku terdiam dan bertahan.


Jumat, 09 November 2012

Momentum Cinta




Archimedes dan Newton tak akan mengerti
Medan magnet yang berinduksi di antara kita
Einstein dan Edison tak sanggup merumuskan E=mc2
Ah tak sebanding dengan momen cintaku

Pertama kali bayangmu jatuh tepat di fokus hatiku
Nyata, tegak, diperbesar dengan kekuatan lensa maksimum
Bagai tetes minyak milikan jatuh di ruang hampa

Cintaku lebih besar dari bilangan avogadro…

Walau jarak kita bagai matahari dan Pluto saat aphelium
Amplitudo gelombang hatimu berinterfensi dengan hatiku
Seindah gerak harmonik sempurna tanpa gaya pemulih
Bagai kopel gaya dengan kecepatan angular yang tak terbatas
Energi mekanik cintaku tak terbendung oleh friksi

Energi potensial cintaku tak terpengaruh oleh tetapan gaya
Energi kinetik cintaku = -mv~
Bahkan hukum kekekalan energi tak dapat menandingi
hukum kekekalan di antara kita
 
Lihat hukum cinta kita
 
Genegenheid Taufiq
Momen cintaku tegak lurus dengan momen cintamu
Menjadikan cinta kita sebagai titik ekuilibrium yang
sempurna Dengan inersia tak terhingga
Takkan tergoyahkan impuls atau momentum gaya
Inilah resultan momentum cinta kita

Mencoba Mengungkap Rasa


Muhammad Taufiq / Genegenheid Taufiq

Aku hanya ingin engkau tahu apa yang aku rasakan saat ini .........
Andai semua rasa yang aku punya bisa melihat apa yang rasa mungkin aku harus jauh dan menghilang dari semua apa yang akan mengingatkanku kepadamu ,,,,,,,
Tak selamanya kayu bakar menjadi abu, tak selamanya hujan selalu air, begitu juga aku tak selamanya akan selalu menjadi orang yang akan selalu engkau sakiti.
Aku yakin kamu bisa mengerti dengan semua perasaan yang kini aku rasakan ....
Aku yakin kamu bisa memahami dengan semua apa yang ingin aku inginkan ,,,,,,,
Hatiku bukan untuk disakiti, hatiku bukan untuk dihianati, hatiku juga bukan untuk diingkari.
Selamanya kamu bisa melihatku, tapi tak kan selamanya kamu bisa memilikiku .....

Kebahagiianku bukanlah sesuatu yang bisa membuatku tersenyum, bukan juga yang membuatku tertawa, tapi kebahagiaan aku ada karna aku bisa merasakan apa yang bisa kau rasakan ........

Sakit ......
Keindahan dari sakit ialah sesuatu yang bisa mengingatkanku kepadamu saat kau tersenyum untukku .........
Kepiluan dari sakit ialah ketika aku melihat senyummu untuk meninggalkanku untuk orang baru dihatimu ..........